Spread the love

Sudah dibaca 26724 kali

TOEFL ok

Salah satu syarat umum bagi kita yang ingin mengajukan beasiswa Magister atau Doktor adalah memiliki nilai skor TOEFL (Test of English as Foreign Language) atau IELTS (International English Language Testing System) yang lumayan tinggi. Syarat ini harus dipenuhi untuk memastikan kita menguasai bahasa Inggris yang digunakan sebagai bahasa pengantar perkuliahan (di luar negeri) dan buku akademik yang rata-rata berbahasa Inggris (dalam negeri).

Soal skor minimal, nilainya ditentukan oleh masing-masing lembaga pemberi beasiswa. Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP, misalnya, mensyaratkan skor TOEFL ITP (Institutional Testing Program) di atas 550 dan IELTS di atas 6,5 untuk beasiswa ke luar negeri. Sedangkan untuk beasiswa tujuan dalam negeri, skor yang harus dipenuhi pelamar adalah 500 untuk TOEFL ITP dan 6,0 untuk IELTS.

Saya sendiri, tahun ini, mengajukan lamaran beasiswa ke LPDP. Saya ingin kuliah di luar negeri sehingga harus dapat skor TOEFL ITP minimal 550. Tapi, ternyata, dapat skor setinggi itu sangat sulit diraih. Skor TOEFL ITP pertama saya saja 490. Maka, tak ada pilihan lain, saya menurunkan target bahwa kampus tujuan saya di dalam negeri. Maka saya harus mendapat skor minimal 500.

Ternyata skor 500 tak kunjung saya dapat. Pada tes TOEFL ITP ke-2, skor saya 493. Hanya naik 3 angka. Tragisnya, pada tes TOEFL ITP ke-3, skor saya meningkat hanya 4 angka menjadi 497. Hei, saya butuh 3 angka lagi untuk dapat skor minimal 500!

Akhirnya saya mengikuti tes TOEFL ITP ke-4. Hasilnya justru mengejutkan saya. Di atas perkiraan, skor tes TOEFL ITP saya melesat menjadi 540! Padahal usai tes ke-4 itu saya masih berpikir bahwa kemungkinan mendapat skor di bawah 500 masih ada.

Saya sangat senang dengan pencapaian ini. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi tip bagaimana mendapatkan nilai yang bagi saya lumayan tinggi itu—skor tertinggi TOEFL ITP adalah 667. Sebelumnya, memang, saya meniatkan untuk berbagi tip ini meskipun skor tes ke-4 saya jeblok.

1. Pancangkan niat yang kuat

Sejak lama saya ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S-2. Tapi saya pesimis karena tak punya cukup uang. Harapan satu-satunya ya beasiswa. Sayangnya, rata-rata beasiswa yang ada hanya membiayai bea kuliah. Artinya, seandainya saya dapat beasiswa, saya harus fokus kuliah dengan tidak lagi bekerja. Dampaknya, asap dapur terancam tak mengepul.

Pada akhir 2014, teman saya, Yohan namanya, memberitahu ihwal beasiswa LPDP. Beberapa kali ia meyakinkan saya bahwa beasiswa yang dikelola Kementerian Keuangan ini sangat menguntungkan. Selama perkuliahan, misalnya, biaya hidup keluarga ikut ditanggung. Saya akhirnya tertarik untuk ikut melamar.

Niat yang telah dipancangkan itupun harus melewati berbagai ujian. Saya harus rela meluangkan waktu, mengeluarkan biaya, dan belajar keras agar dapat skor tes TOEFL ITP yang tinggi. Ya, dari sekian persyaratan, hanya skor tes TOEFL ITP yang bagi saya agak berat untuk dipenuhi. Tapi saya telah mengambil keputusan dan harus berani mencapainya, betapapun sulitnya.

2. Atur strategi

Agar dapat skor TOEFL ITP tinggi, kita harus atur strategi. Karena saya belum tahu apa-apa tentang tes TOEFL, saya mengikuti saran teman untuk terlebih dahulu ikut kelas Preparation TOEFL. Setelah ikut kelas tersebut, barulah ikut tes TOEFL ITP.

Saya ikut kelas Preparation TOEFL yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa Asing LIA. Kursus di LIA relatif jauh lebih murah dibanding dengan kursus Preparation TOEFL yang diadakan oleh lembaga lain.

Saya ikut kelas Preparation TOEFL di LIA Mercubuana, Kedoya, mulai pertengahan Januari 2015-Maret 2015. Setelah mengikuti tes penempatan, saya dimasukkan ke kelas level 2. Di akhir kursus, saya mengikuti ujian akhir dan mendapat skor 507.

Dengan ikut kelas Preparation TOEFL, kita bisa tahu bentuk soal dan cara penyelesaiannya. Di akhir kursus, kita mengikuti tes yang merupakan simulasi dari tes TOEFL sebenarnya.

3. Banyak berlatih

Banyaklah berlatih mengerjakan soal. Dengan begitu, kita akan mengetahui pola soal yang biasa keluar dalam tes TOEFL.

Soal latihan TOEFL berlimpah; di buku, internet, dan aplikasi android. Kalau mau gratis, pinjam buku di perpustakaan. Pilih yang dilengkapi audio visual untuk latihan soal Listening Comprehension. Di internet, tanya Mbah Google. Klik “Soal TOEFL” di kolom pencarian. Akan muncul beberapa alamat laman yang menyajikan soal TOEFL beserta jawabannya. Melalui aplikasi android, masuk ke Playstore. Banyak pilihan soal TOEFL di sini, pilih mana suka dan unduh.

Latihan soal TOEFL di buku dan laman internet biasanya menyertakan jawaban soal. Dilengkapi pula trik mudah mengerjakan soal. Perhatikan dengan seksama bagaimana cara mudah mengerjakan soal pada tes Listening Comprehension, Structure and Written Expression, dan Reading Comprehension.

TOEFL

4. Jangan menyerah

Saya ikut tes TOEFL ITP sebanyak empat kali. Secara berurutan, skor yang didapat adalah 490, 493, 497, dan 540. Dari kuantitas keikutsertaan tes, sepertinya saya harus empat kali ikut tes untuk dapat skor yang tinggi.

Padahal seharusnya tidak demikian. Melihat skor TOEFL pada ujian Preparation TOEFL 507, saya optimis akan dapat nilai tinggi dengan menambah kegiatan belajar. Ternyata optimisme itu tak terbukti. Nilai saya nanggung, “hanya” 490.

Saya ikut lagi tes ke-2. Untuk itu, saya menambah bahan belajar. Sebelum tes pertama, saya beli buku tentang kiat mendapatkan skor TOEFL tinggi. Menjelang tes ke-2, saya pinjam buku latihan TOEFL di perpustakaan Kemendikbud. Ternyata, skor tes ke-2 tak cukup menggembirakan, malah sebaliknya mengesalkan, yaitu 493.

Istri saya bertanya mau berapa kali lagi ikut tes TOEFL. Sebab biaya tes tersebut relatif mahal, yaitu Rp 375 ribu per tes. Artinya, saya sudah menghabiskan dana Rp750 ribu plus beli buku dan waktu belajar.

Saya katakan bahwa saya ingin diberi kesempatan dua kali lagi. Artinya, jika pada tes ke-4 skor TOEFL saya tak sesuai harapan, saya harus mengubur mimpi untuk mengajukan beasiswa LPDP.

Menjelang tes ke-3, saya memaksa diri untuk melakukan persiapan yang benar-benar matang. Saya membagi waktu kerja di kantor. Setengah hari mengerjakan tugas kantor, setengah hari lagi pergi ke perpustakaan untuk belajar TOEFL. Belajar di perpustakaan lebih nyaman. Bisa lebih konsentrasi saat belajar. Di rumah, saya meneruskan belajar setelah anak tidur malam.

Saya bersyukur seorang teman, Fitri namanya, bersedia membantu saya belajar. Ia sarjana pendidikan bahasa Inggris dan tengah merampungkan tesis di program studi yang sama. Ia mengaku pernah memberi kursus kepada sejumlah wartawan Aliansi Jurnalis Independen yang ingin ikut tes TOEFL.

Fitri berbagi rahasia bagaimana mengerjakan soal-soal TOEFL secara efektif dan efisien. Kami bertemu di perpustakaan dan membahas kelemahan dan ketidaktahuan saya dalam mengerjakan soal-soal TOEFL.

Dengan persiapan belajar yang lebih keras dari sebelumnya, saya optimis pada tes ke-3 akan mendapatkan skor tinggi bahkan lebih dari 550. Sebab saya belajar dari beberapa buku yang dilengkapi audio visual koleksi perpustakaan, buku pribadi, dan buku pinjaman teman.

Ternyata, saya masih harus menelan pil pahit. Skor TOEFL ITPke-3 saya hanya 497. Memang ada kenaikan dari skor sebelumnya, 4 angka, namun itu sangat tidak signifikan!

Saya sedih. Belajar lebih keras dan terjadwal baik ternyata tidak cukup. Ada hal lain yang harus dilakukan.

Saya punya satu kesempatan lagi. Saya harus keluar dari situasi menjengkelkan ini. Saya tak boleh menyerah!

Saya kemudian lebih ketat dalam mengerjakan soal-soal latihan dan tutorial. Dampaknya cukup terasa. Saya mengetahui sejumlah kesalahan yang telah saya buat, yang sebelumnya saya yakini benar.

Pada satu titik tertentu, saya mengalami kepasrahan: saya berkali-kali latihan soal Reading Comprehension, tapi selalu saja skor benar-salahnya mencapai 50:50.

Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak boleh pesimis. Saya sudah menghabiskan banyak dana untuk biaya tes TOEFL, membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Polda Metro Jaya, dan membuat surat keterangan sehat dan bebas narkoba dari Rumah Sakit Umum Persahabatan. Alhamdulillah, skor TOEFL ITP ke-4: 540.

5. Waspadai kendala di lapangan

Sering hal-hal kecil yang luput dari perkiraan kita menjadi sebab sebuah kegagalan. Pada tes pertama, saya terpaksa makan di sebuah restoran cepat saji satu-satunya di Senayan Trade Center, lokasi tes TOEFL ITP saya. Sebelumnya saya berpikir akan makan siang di pusat jajanan yang ada di dalam atau sekitar gedung.

Pada tes ke-2, strategi pengerjaan soal saya terapkan. Agar lebih cepat, jawab soal Reading Comprehension yang lebih mudah yaitu mencari persamaan kata, kemudian mengerjakan soal yang lain. Ternyata strategi ini mentah. Nyatanya, saya hampir ketinggalan 8 soal menjelang waktu tes berakhir.

Pada tes ke-3, di dalam ruang tes, saya terserang kantuk. Saya menyesal tidak membawa kopi. Akibatnya, saat mengerjakan soal, saya tidak bisa konsentrasi mengerjakan soal, terutama soal Listening.

Pada tes ke-4, saya membawa kopi. Saya habiskan sebelum masuk ruang tes. Hasilnya ternyata juga tak terlalu menggembirakan. Saya tetap mengantuk di dalam ruangan.

6. Raih dukungan orang-orang terdekat

Saya beruntung punya beberapa teman yang begitu baik. Yohan, teman yang kali pertama memberi tahu saya tentang beasiswa LPDP, memberi saya banyak masukan dan motivasi agar terus berjuang menggapai cita-cita. Ia sendiri penerima beasiswa LPDP, akhir tahun 2016 akan berangkat ke Inggris. Fitri bersedia membagi pengalamannya mengenai tip-tip menyelesaikan soal-soal TOEFL. Satriyo, teman kantor yang skor TOEFL-nya 567, memberi saya banyak motivasi agar lebih “ngotot” dalam belajar TOEFL. Saya banyak mengambil pelajaran dari pengalaman yang dibaginya.

7. Rajin berdoa

Doa itu senjata orang-orang beriman. Doa juga senjata orang-orang yang ingin skor TOEFL-nya tinggi. Berdoalah kepada Tuhan agar diberi bimbingan dan kemudahan ketika mengerjakan tes TOEFL.

Saya merenung kenapa harus empat kali mengikuti tes TOEFL agar dapat memenuhi syarat beasiswa. Ternyata, setelah saya pikir-pikir lagi, saya kurang serius belajar dan terlalu optimis dapat nilai bagus.

Dua penyakit ini, saya kira, yang jadi penyebab nilai tes pertama dan ke-2 saya jeblok. Namun, keseriusan dan peningkatan kapasitas belajar plus optimisme tinggi menjelang tes ke-3 tak banyak membuahkan hasil. Ketika saya sudah pada tingkat optimal belajar dan menyentuh level kepasrahan, barulah saya mendapatkan nilai yang malah di melebihi target. Saya menduga, Tuhan ingin melihat saya ngotot dalam belajar dan pasrah, menyerahkan semua hasil kepada-Nya.

Itu tujuh tip agar dapat skor TOEFL tinggi. Pada akhirnya, diri kita sendirilah yang membuat kita sukses. Bukan orang lain. Orang lain bisa memberi masukan, tip menyelesaikan masalah, dan teman berbagi. Namun keputusan ada di tangan kita. Kitalah yang menentukan ingin maju atau mundur. Oke, selamat berjuang dan mendapatkan TOEFL tinggi!