Spread the love

Sudah dibaca 1472 kali

Merindumu seperti menggenggam bara yang terbakar ribuan tahun. Panasnya menyengat hingga jantungku enggan berdetak. Menanti kabar yang terselip di rinai hujan tak kian turun. Laksana jutaan tetes air menitik pada bebatuan retak.

Oi, burung-burung kahyangan. Turunlah ke bumi sirami ladang-ladang kerinduanku. Patuki harapan yang sebentar lagi berubah angan. Rayapi tubuh ringkihku yang hampir kaku. Bawa ruhku jauhi halangan. Lesatkan ke langit ketujuh pada Tuhanku.

Di sanalah aku berdoa. Di sana pula aku merintih. Adukan acuhmu sehening goa. Serukan langkahku yang makin tertatih.

 

Duren Sawit, 29 September 2009.