Belajar Jadi Fasilitator
Sudah dibaca 650 kali
Tempat terbaik kita berada adalah di mana kita bisa mengembangkan diri. Selama beberapa hari kemarin saya berada di tempat itu: kegiatan Peningkatan Mutu Fasilitator Pendampingan Buku Bacaan Literasi dan Modul Literasi Numerasi Tingkat Pusat. Acara ini diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek pada 24-27 Juni 2022 di Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan.
Di acara ini saya berkumpul dengan peserta dan narasumber dari berbagai instansi. Mulai dari internal Kemendikbudristek (Badan Bahasa, Ditjen GTK, Pusat Perbukuan, Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, dan Direktorat SD) hingga eksternal Kemendikbudristek (INOVASI, ProVisi, FTBM, Kampus Mengajar, Yayasan Litara, Mutiara Rindang, dan Reading Bugs). Pendeknya, saya dikelilingi oleh orang-orang berilmu dan aktivis literasi. Asyik, kan?
Yang menarik, acara tidak berjalan membosankan. Rina dari ProVisi selaku fasilitator membawakan acara dengan sangat luwes. Awal sesi selalu dimulai dengan ice breaking. Sesi berisi diskusi kelompok, sedikit ceramah dari narasumber. Ada pula acara presentasi kelompok dan simulasi.
Acara ini merupakan pertemuan kedua. Pertemuan pertama di Bogor pada awal Juni berupa kegiatan perjenjangan buku. Itu, buku-buku dijenjangkan sesuai dengan kemampuan membaca anak.
Rencananya, Kemendikbudristek akan memberikan bantuan berupa buku kepada Sekolah Dasar (SD) di kawasan terdepan, tertinggal, dan terluar (3T). Kriterianya yaitu SD dengan nilai Asesmen Nasional terendah berdasarkan ANBK Tahun 2021. Mereka berada di 81 kabupaten/kota di 18 provinsi.
Buku yang akan didistribusikan terdiri dari Buku Pemenang Sayembara Penulisan Buku Literasi tahun 2017-2021 dan proyek penerjemahan buku yang lulus penilaian Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk). Selain itu, Modul Literasi-Numerasi kelas I-VI. Setiap satuan pendidikan akan menerima 500 judul buku sebanyak 1.541 eksemplar. Buku akan didistribusikan ke satuan pendidikan sasaran secara bertahap pada bulan Juli-Agustus 2022.
Apa berhenti pada distribusi buku? Tentu saja tidak. Buku yang dikirim, kan, tidak sekadar di taruh di perpustakaan sekolah. Harus ada kegiatan pengiring untuk memanfaatkan buku. Nah, pelatihannya sendiri dilakukan berjenjang. Pertama, pelatihan fasilitator nasional. Nah, itu acara di Serpong kemarin. Kedua, pelatihan bagi fasilitator daerah. Ketiga, pelatihan bagi guru (satu orang) dari satuan pendidikan sasaran (penerima manfaat buku).
Diharapkan guru sasaran punya keterampilan dalam memanfaatkan buku dan menyampaikannya kepada rekan sejawat serta siswa-siswinya. Dengan begitu, buku akan maksimal dimanfaatkan. Mereka pun dapat mengembangkan kegiatan literasi lainnya dengan buku-buku itu sesuai dengan kondisi sekolah dan peserta didik.
Hasil AN 2021 menunjukkan kemampuan literasi satu dari dua siswa Indonesia berada pada kompetensi minimum. Sedangkan kemampuan numerasi dua dari tiga siswa Indonesia berada pada kompetensi minimum. Cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir siswa Indonesia ya dengan banyak membaca buku. Bukunya pun buku berkualitas.
Kenapa satuan pendidikan di kawasan 3T yang dapat bantuan? Sebab di sana pastilah buku relatif langka. Bahkan bisa dipastikan tidak ada toko buku di sana. Sinyal internet juga bisa jadi sulit diakses untuk mengunduh buku-buku digital yang tersedia gratis di sejumlah laman dan aplikasi.
Ya mudah-mudahan ikhtiar ini bisa bergayung sambut. Pemda semakin memperhatikan generasi penerus bangsa di daerahnya masing-masing. Salah satunya melalui pengadaan bahan bacaan. Kan asyik kalau APBD juga dialokasikan untuk pengadaan buku bacaan bagi para peserta didik.*
Leave a Reply