Berbagi Cerita Menebar Semangat
Sudah dibaca 1465 kali
Ahad, 26 November 2006. Cukup panas siang itu. Lebih panas lagi udara di salah satu ruang kantor Majalah Annida Jalan Mede nomor 42 A Utan Kayu Jakarta Timur. Di sana rekan-rekan dari FLP DKI Jakarta, FLP Bekasi, FLP Depok, dan Komunitas Puisi FLP berkumpul. Silaturahmi Forum Lingkar Pena nama acaranya.
Setelah merapikan kursi yang agak berdesakan dan menahan udara panas yang memenuhi ruangan, akhirnya acara dibuka Azimah Rahayu, Ketua Harian FLP. Luar biasa, dengan gaya penyampaiannya ia mampu membuat lumer udara yang tadinya panas menjadi sedikit dingin.

Azimah memperkenalkan beberapa nara sumber yang akan menumpahkan pengalaman suka dukanya menulis sehingga meraih sukses. Mereka adalah Jonru, Sakti Wibowo, Denny Prabowo, Eimanjaya dan Koko Nata. Kelimanya dipandang memiliki kapabilitas baik dalam menghasilkan karya.
Kesempatan ini merupakan ajang bertukar pikiran antara pengurus pusat FLP dengan pengurus cabang FLP, antara penulis andal, madya, dan pemula. Bang Jonru, begitu Jonriah Ukur biasa disapa, menyampaikan pengalamannya yang menarik. “Tidak menyangka saya dipanggil ke kantor BI untuk mengisi suatu acara tentang kepenulisan. Saya tidak tahu dari mana mereka mengenal saya. Setelah saya tanya ternyata mereka mengenal saya melalui blog yang saya miliki. Dan yang tak diduga lagi, saya mendapatkan honor sebesar satu bulan gaji saya, padahal saya hanya diminta mengisi acara beberapa jam saja. Ini bukti bahwa menulis bukanlah pekerjaan yang dianggap remeh.Ingin menjadi penulis tidak harus diterbitkan di majalah atau koran, namun melalui media blog ternyata juga berdampak positif,” ujarnya.

Acara ini semakin hangat karena dihadiri Asma Nadia dan Irfan Hidayatullah, Ketua Umum FLP yang jauh-jauh datang dari Bandung. Pendengar terpesona dengan cerita-cerita menarik mereka sebagai oleh-oleh dari Korea. Wow!
Kunjungan Asma ke Korea dalam rangka memenuhi undangan dari Korean Literature Translation Institute untuk menimba ilmu selama enam bulan dalam program Residency Exchange Program for Asian Writers. “Banyak hal yang saya dapat selama tinggal di Korea. Saya sangat terkagum-kagum dengan sikap disiplin para penduduknya. Begitu juga soal keamanan. Pasalnya, saya pulang larut malam dengan menenteng notebook tidak ada rasa was-was seperti di Jakarta,” kenangnya.
Cerita lain Asma mengenai keterkaitannya dengan dunia kepenulisan. Ia mengatakan, “Dunia tulis menulis di Indonesia dengan di Korea tidak jauh berbeda. Hanya saja trend untuk tema penulisan yang sedikit membedakan.” Jika di Indonesia sedang booming novel teenlit, chicklit, dan sebagainya, di Korea banyak sekali buku atau majalah yang berhubungan dengan busana dan kecantikan yang kesemuanya berhubungan dengan penampilan. “Namun hal ini tentunya tidak membuat seorang penulis berkecil hati. Bahwasanya tiap-tiap penulis mempunyai gaya dan karakter masing-masing yang tentunya akan mengikuti trend pembacanya juga.”
Irfan menambahkan, “Sastra Indonesia di mata internasional boleh dibilang lumayan bagus. Hal ini terbukti dengan banyaknya penulis muda yang menjamur di Indonesia. Sedangkan penulis di luar Indonesia baru sedikit yang berusia muda. Lagi pula kita tidak usah bingung atau minder. Selama tulisan kita memiliki nilai pasti akan diterima oleh pembaca di mana pun mereka berada. Terlebih tulisan itu dapat menggugah dan mencerahkan.”
Usai tanya jawab, acara diakhiri dengan pembacaan puisi oleh salah satu anggota Komunitas Puisi FLP. Puisi yang dibawakan sangat bagus itu tak luput dari tepuk tangan hadirin. Acara selesai ba’da ashar. Semua yang hadir bubar dengan wajah bersemangat. Yah…semoga saja acaraseperti ini diselenggarakan kembali.
*Artikel ini ditulis oleh Astri Taat, dimuat di Buletin PENA Edisi 9 Tahun 2006 rubrik Liputan Utama. Buletin PENA merupakan media internal yang diterbitkan oleh FLP DKI Jakarta.
Leave a Reply