Bibliografi
Judul:
Modul Literasi Baca-Tulis di Sekolah
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra,
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud
Tahun Terbit: April 2019
Buku ini dibuat sebagai buku pegangan bagi peserta Bimbingan Teknis Instruktur Literasi Baca-Tulis Tingkat Nasional. Bimtek diadakan oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud pada 8-14 April 2019.
Buku ini dapat diunduh di sini.
—————————————————————-
Judul:
Seri Manual GLS: Mengembangkan Jaringan dan Kolaborasi Literasi
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kemendikbud
Tahun terbit:
Oktober, 2018
Buku ini merupakan salah satu Seri Manual Gerakan Literasi Sekolah yang berjumlah 12 judul. Buku mengangkat tentang kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan jejaring dan kolaborasi dengan pihak di luar sekolah. Buku ini diluncurkan pada Festival Literasi Sekolah II yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud pada Oktober 2018.
Buku ini dapat diunduh di sini.
—————————————————-
Judul:
Bunga Rampai Gerakan Literasi Sekolah
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kemendikbud
Tahun terbit:
Oktober, 2018
Buku ini berisi kumpulan tulisan guru dan beberapa anggota Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah mengenai pengalaman menjalankan gerakan literasi. Buku menyajikan praktik-praktik baik pelaksanaan literasi yang dapat dijadikan referensi berbagai pemangku kepentingan dalam menjalankan program literasi.
Buku ini dapat diunduh di sini.
Judul:
Gerakan Literasi Sekolah, Dari Pucuk Hingga Akar; Sebuah Refleksi
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kemendikbud
Tahun terbit:
Oktober, 2017
Buku ini mengangkat “dapur” Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud dalam merencanakan, menyiapkan, dan meluncurkan program Gerakan Literasi Sekolah. Tokoh utama yang disorot dalam hal ini adalah Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad.
Diceritakan pula mengenai proses pembentukan Satuan Tugas GLS yang di SK-kan oleh Dirjen Dikdasmen, komposisi personelnya, dan tujuan pembentukannya—mengawal pelaksanaan GLS.
Selain itu, diungkap pula kegiatan diskusi terpumpun Penjenjangan Buku yang berjalan hingga lima kali, dimulai sejak akhir 2015 hingga awal 2017. Sistem Penjenjangan Buku kelak digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan penerbitan buku di negeri ini seperti Pusat Kurikulum dan Perbukuan, penerbit, penulis, dan ilustrator.
Buku ini tidak dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan GLS. Juga berupaya menghindari teori-teori akademis. Buku ini dibuat sebagai pendamping pelaksanaan GLS yang memberi penjelasan umum disertai contoh praktik baik pelaksanaan GLS di sekolah. Ditulis secara populer, buku ditujukan untuk guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, dunia industri, pegiat literasi, dan anggota masyarakat yang ingin mengetahui seluk beluk GLS. Akademisi dan mahasiswa juga dapat memanfaatkannya sebagai pendukung penelitian karena buku ini mengungkapkan detail pelaksanaan kegiatan disertai tanggal peristiwa dan pelaku yang terlibat.
Saya melengkapi cakupan pembahasan GLS dengan mengangkat isu-isu yang memengaruhi GLS seperti kebijakan Pemerintah Daerah, peran orang tua, dan perbukuan. Saya berupaya menghadirkan data dan informasi komprehensif dengan mendahulukan hasil penelitian dan informasi terbaru di dalam tiap pembahasan.
Buku ini diluncurkan saat pelaksanaan Festival Literasi Sekolah yang diselenggarakan di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud Senayan Jakarta pada 27 – 29 Oktober 2017. Di panggung acara pembukaan, buku diserahkan bersama sejumlah buku lain oleh Ketua Satgas GLS Pangesti Wiedarti kepada Mendikbud Muhadjir Effendy, Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad, dan Ketua Gerakan Literasi Nasional Dadang Sunendar.
Buku ini dapat diunduh di: https://s.id/GLSdpha
———————————————————-
Judul:
Panduan Praktis Gerakan Literasi Sekolah
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kemendikbud
Tahun terbit:
Maret, 2017
Kehadiran buku ini berangkat dari keinginan Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad agar usai mengikuti pelatihan Kurikulum 2013, guru pulang membawa buku praktis tentang literasi yang dapat langsung diterapkan di sekolah masing-masing. Saya merumuskan konsep buku ini dengan berfokus pada inovasi: buku harus unik.
Keseluruhan buku ini berisi infografis dan ilustrasi. Bahkan, wajah Hamid Muhammad pada kolom Sambutan, dibuat ilustrasi. Di akhir buku tertera Teka-Teki Literasi. Pemilik buku dapat mencari 11 kata mengenai literasi yang berada di dalam kotak penuh huruf. Saya ingin buku ini bersifat personal bagi pemiliknya.
Buku ini merupakan intisari dari panduan GLS. Pembaca dapat menerapkan beragam informasi yang dikemas dalam bentuk infografis dan ilustrasi yang mencakup kegiatan literasi di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Konten saya ambil dari infografis yang sudah dibuat sebelumnya (2016) dan sari buku Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk SMP yang diterbitkan Direktorat Pembinaan SMP. Maka, dalam buku ini, saya tercantum sebagai penyelaras.
Buku ini dapat diunduh di sini.
———————————————————
Judul:
Wak Ali dan Manusia Lumpur
Genre:
Fiksi
Penerbit:
Forum Lingkar Pena Jakarta
Tahun terbit:
2016
Buku ini merupakan antologi cerita pendek anggota FLP Jakarta. Temanya lingkungan hidup. Ada 14 cerpen yang termuat dalam buku ini, hasil sayembara dan penyaringan.
Judul antologi ini diambil dari gabungan dua cerpen, yaitu “Wak Ali” karya Agus Dwi Putra dan “Manusia Lumpur” karya saya. Manusia Lumpur berangkat dari peristiwa nyata kejadian lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menyengsarakan ribuan warga di sana. Namun, hingga 10 tahun lebih berlangsung, warga sekitar masih sengsara. Cerpen ini dimaksudkan untuk memperingati peristiwa Lumpur Lapindo sekaligus pengingat kepada bangsa ini bahwa penderitaan warga Sidoarjo belum berakhir dan harus segera dituntaskan.
—————————————————————
Judul:
Jejak-jejak Mas Gagah 2
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Pipiet Senja Publising House
Tahun terbit:
Juni 2015
————————————————————————
Judul:
27 Wajah Guruku
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Luxima
Tahun terbit:
April 2014
Judul:
Remaja Puber Remaja Super
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Tinta Medina
Tahun terbit:
2011
————————————————————————–
Judul:
Pelangi di Ujung Gerimis
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Mandiri
Tahun terbit:
Januari 2010
———————————————————————————————————————————————————–
Judul:
Gadis Kota Jerash
Genre:
Fiksi
Penerbit:
Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit:
Desember 2009
———————————————————————————————————————————————————–
Judul:
Suparman Pulang Kampung
Genre:
Fiksi
Penerbit:
Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit:
Mei, 2007
Melanjutkan antologi cerita pendek (cerpen) sebelumnya yang sukses di pasaran yaitu Badman: Bidin!, Penerbit LPPH kembali menerbitkan antologi cerpen lucu, masih dengan teman kepahlawanan. Jika sebelumnya pahlawanannya Batman, sekarang Superman.
Cerpen kocak di buku ini berjumlah 11 naskah.
Boim Lebon masih jadi ‘bintang’ di buku ini. Dua cerpennya termuat dalam buku ini, salah satunya menjadi judul buku ini: Suparman Pulang Kampung.
Buku antologi cerpen lucu ini, sama dengan Badman: Bidin!, menyuguhkan cerita-cerita kocak yang segar dan inspiratif. Cukup menghibur bagi orang-orang yang galau dan butuh perhatian.
———————————————————————————————————————————————————–
Judul:
Lebih Baik Aku Tak Masuk Surga
Genre:
Fiksi
Penerbit:
Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika Universitas Negeri Jakarta
Tahun terbit:
April, 2006
Buku antologi cerita pendek ini memuat 13 naskah. Hasil seleksi atas sejumlah naskah yang masuk dari sayembara yang digelar di lingkungan kampus Universitas Negeri Jakarta. Penerbitan buku antologi cerpen ini merupakan produk perdana yang dibuat oleh Unit Kegiatan Mahasiswa di bidang pers ini di mana kegiatan utamanya adalah menerbitkan majalah Didaktika. Saya cukup beruntung cerpen saya bisa masuk di buku ini, semoga bukan karena saya pernah bergabung di organisasi ini.
Pengantar buku ditulis oleh sastrawan Zen Hae. Ia mengulas banyak hal terkait teknik penulisan cerpen dan perkembangan pemuatan cerpen di media massa. Ia pun mengkritik sejumlah cerpen di buku ini yang menurutnya lumayan baik dan pantas dia kritik.
————————————————————–
Judul:
Kupu-kupu dan Tambuli
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Dewan Kesenian Jakarta dan Forum Lingkar Pena
Tahun terbit:
Februari, 2006
———————————————————————————————————————————————————–
Judul:
Badman: Bidin!
Genre:
Fiksi
Penerbit:
Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit:
Desember, 2005
Ini buku antologi cerita pendek (cerpen) yang sangat kocak. Berisi sepuluh cerpen yang semuanya bertujuan membuat pembacanya tertawa. Disusun oleh sastrawan Asma Nadia (ia CEO LPPH), buku ini menghadirkan cerita-cerita lucu namun segar seputar kehidupan anak muda.
Saya merasa bangga cerpen saya bisa masuk dalam antologi ini. Pertama, berhasil lolos seleksi. Naskah di buku ini adalah cerpen terpilih. Tak semua penulis yang mengirimkan karyanya untuk ikut seleksi lolos. Kedua, ini cerpen pertama saya yang bertema lucu dibukukan. Ketiga, saya kemudian menyadari membuat cerpen lucu harus dengan cara sangat serius. Tak semua orang bisa membuat cerpen lucu, bahkan oleh penulis sekelas Asma Nadia yang sudah meraih sejumlah penghargaan kepengarangan—ia jujur menjelaskannya pada Kata Pengantar di buku ini. Keempat, cerpen lucu saya diterbitkan bersama cerpen penulis lain yang sudah terkenal yaitu Hilman Hariwijaya dan Boim Lebon! Hilman adalah penulis cerita serial legendaris Lupus. Sedangkan Boim adalah penulis kocak yang telah menerbitkan sejumlah buku fiksi lucu dan di kemudian hari membuat serial Lupus lanjutan bersama Hilman.
Buku antologi cerpen lucu ini tergolong laris di pasaran. Dalam rentang tiga tahun, pada April 2008, buku ini telah memasuki cetakan ke-8.
——————————————————
Judul:
Jatuh Bangun Cintaku(LPPH, April 2005)
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Lingkar Pena Publishing House
Tahun Cetak:
November, 2005
Saat buku ini terbit dan dijual di toko buku, saya berharap tak satupun teman kampus membacanya. Perasaan malu dan minder itu muncul mungkin karena lingkungan saya adalah para aktivis yang jarang bicara soal cinta dengan beragam ekspresinya.
Ya, buku ini berisi pengalaman cinta saya sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga kuliah. Saya bercerita tentang bagaimana saya mengekspresikan perasaan suka pada sejumlah perempuan yang saya taksir disertai kegagalan dalam melanjutkannya ke jenjang yang lebih intim. Saya menutup cerita dengan menyebutkan sejumlah kriteria perempuan idaman dan aksi menghibur diri: jadi jomblo keren yang bahagia! Pada sebuah mailing list, masih di cerita itu, saya menggagas pendirian organisasi bernama Ikatan Jomblo Keren Indonesia.
Buku antologi esai tentang cinta ini dapat menjadi referensi dan sarana hiburan bagi orang-orang yang galau dan bingung dalam mengelola kehidupan cintanya. Buku dikemas dengan bahasa yang santai dan dilengkapi komik.
Judul:
Gue Bukan Bintang di Langit
Genre:
Fiksi
Penerbit:
Lingkar Pena Publishing House
Tahun Cetak:
April, 2005
Terbitnya buku ini pada 2005 merupakan pengabulan Tuhan atas doa saya: pada usia 25 tahun, saya ingin menerbitkan buku minimal satu judul. Alhamdulillah, seminggu setelah hari ulang tahun saya, kiriman paket buku tiba di rumah. Saya sangat senang. Karena waktu tiba buku berdekatan dengan pelatihan menulis jurnalistik yang saya isi, maka satu eksemplar novel ini saya jadikan hadiah kepada peserta pelatihan yang merupakan siswa SMA. Pelatihan jurnalistik itu di gelar di sebuah kampus di Jakarta Barat.
Buku ini tergolong teenlit. Sasarannya siswa sekolah menengah. Isinya seputar dunia jurnalistik—dunia mengagumkan yang saya geluti sebagai jurnalis pers kampus. Novel ini sangat idealis yaitu mengusung tema pemberantasan korupsi di sekolah. Juga tak memuat tema cinta anak sekolah yang selalu menjadi tema sentral novel teenlit dan chiklit.
Novel perdana ini saya tulis dengan penuh ‘penderitaan’. Pada 2003, saya tidak punya komputer. Jadilah saya menulis naskah dengan menuliskannya di lembaran-lembaran kertas kosong bekas dengan pensil. Setelah selesai, saya mengetik naskah itu ke komputer di rental seberang kampus Universitas Negeri Jakarta. Sambil mengetik naskah, saya mengedit tulisan. Yang repot, sering tulisan tangan saya tak terbaca oleh saya sendiri!
Pada 2004, saya mengirim naskah ke penerbit LPPH. Agak lama saya mendapat pemberitahuan dari pihak penerbit bahwa naskah novel ini akan diterbitkan. Belum lagi, jadwal penerbitannya diundur hingga awal 2005.
Novel ini menjadi pintu masuk saya dalam berkarier di dunia kepenulisan profesional. Sekaligus pembuktian pada diri sendiri bahwa saya bisa menulis tak hanya bergenre nonfiksi dan ilmiah. Saya pun bisa membuat tulisan bergenre fiksi.
——————————————————————-
Judul:
Matahari Tak Pernah Sendiri 2
Genre:
Nonfiksi
Penerbit:
Lingkar Pena Publishing House
Tahun Cetak:
Desember, 2004
Pada awal Juni 2003, ketika menjaga stan Forum Lingkar Pena (FLP) di depan Gedung Gelora Bung Karno, Helvy Tiana Rosa mendekati saya dan berkata dengan ramah, “Billy, maaf ya judul tulisannya Mbak ganti.”
“Tulisan yang mana, Mbak?” tanya saya pada sastrawan pendiri FLP itu.
Ia menjelaskan tentang tulisan esai yang pernah saya kirim. Mendengar penjelasannya, hati saya berbunga-bunga. Baru kali ini tulisan saya dibukukan dan diterbitkan. Yang membaggakan saya waktu itu, yang memberi tahu saya langsung adalah Mbak Helvy sendiri!
Buku antologi esai ini merupakan seri ke-2 yang disusun oleh Mbak Helvy—saya memanggilnya demikian. Buku yang ditulis dengan gaya Chicken Soup for the Soul ini berisi ulasan atas sosok (profil) dan pengalaman para aktivis FLP dalam membangun FLP.
Di buku ini, terungkap begitu banyak cerita suka-duka yang dialami anggota FLP dalam membangun masyarakat melalui jalur literasi. Mereka menghabiskan banyak waktu, pikiran, tenaga, dan harta dalam menularkan semangat menulis di kalangan masyarakat luas. Semua dilakukan atas dasar sukarela dan tanpa bayaran. Anggota FLP beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, karyawan, petani, hingga buruh pabrik.
Di buku ini (hal. 180-183), esai saya berjudul Belajar dari Azimah. Naskah bercerita tentang pengalaman saya bergabung dengan FLP DKI Jakarta pada pertengahan 2002. Kemudian saya menceritakan kekaguman saya pada Ketua FLP Jakarta Azimah Rahayu yang begitu energik, bersahabat, disiplin, dan kerja keras dalam memimpin FLP DKI Jakarta.
Dengan membaca buku ini, pembaca dapat mengetahui seluk-beluk aktivitas anggota FLP dalam membangun negeri melalui kegiatan tulis-menulis—salah satunya mendirikan rumah baca. Dengan begitu, mereka dapat terinspirasi dan tertular virus menulis. Walau usianya masih terlalu muda (FLP berdiri pada 22 Februari 1997), namun organisasi pengaderan penulis berasas Islam ini terus berupaya menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Leave a Reply