Doa Pernikahan
Sudah dibaca 2647 kali
Seorang sepupu meminta saya menjadi among tamu dan pembaca doa pada pernikahannya yang digelar Ahad lalu (17/1/2016) di Bekasi, Jawa Barat. Jadi among tamu berarti didandani dengan pakaian beskap, berblangkon, dan menyandang keris di pinggang belakang. Lalu berbaris rapi bersama among tamu lain di dekat pintu masuk sembari terus menyungging senyum kepada para tamu seraya mengucapkan “Selamat datang”, “Terima kasih”, atau “Silakan” dengan jempol mengacung miring di depan dada.
Tapi, buat saya, itu belum selesai. Ada tugas lain: baca doa. Baca doa adalah satu-satunya mata acara yang tidak ditangani oleh event organizer yang, hari itu, bagi saya, menggelar acara dengan banyak inovasi, di antaranya mengombinasikan upacara adat dengan kembang api, pembacaan sambutan kedua mempelai, dan pemberian kuis kepada tamu oleh kedua mempelai—setidaknya hal itu tidak pernah saya saksikan pada acara pernikahan yang pernah saya hadiri.
Saya selalu berusaha melakukan sesuatu dengan sentuhan baru dan inovasi. Tak ingin biasa-biasa saja. Hal itu juga ingin saya terapkan pada doa yang saya buat dan baca. Doa dengan bahasa Arab sudah biasa—tanpa bermaksud mengurangi sakralitas dan keindahan lantunannya. Tapi doa bahasa Arab yang dikombinasi dengan gubahan dari puisi dan kata-kata puitis, bagi saya, adalah suatu hal yang menarik.
Saya berpikir untuk menggunakan puisi sejumlah sastrawan (yang baru terpikir adalah puisi berjudul Aku Angin karya Sapardi Djoko Damono). Juga kata-kata puitis satrawan Lebanon Kahlil Gibran. Karena waktu yang sempit (saya buat doa hanya sehari sebelum hari-H), saya hanya menggunakan Aku Ingin dalam doa itu—puisi ini saya pernah letakkan di kartu undangan pernikahan adik saya 7 tahun lalu. Saya belum menemukan kalimat yang pas untuk doa dari untaian kalimat puitis di buku Kahlil Gibran berjudul Sayap-sayap Patah Sang Nabi.
Berikut ini doa yang saya buat. Tidak utuh. Hanya doa dalam teks Indonesia. Saya tidak menuliskan doa berbahasa Arab yang menjadi penyerta pada awal dan akhir doa. Sajak Aku Ingin saya masukkan dalam dua alenia terakhir doa ini.
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Penyayang
Limpahkanlah restu dan keberkahan
bukalah pintu rahmat dan kebajikan
atas pernikahan yang Engkau saksikan
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Kuasa
ampunilah telaga khilaf dan gunung dosa
kasihilah hati dan rasa
jadikanlah kami manusia
Hambamu
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Menggenggam Bumi
luruskanlah niat dan hati kami
jauhkanlah tipu daya syaitan kepada kami
agar jalan baru ini bisa kami tapaki
menuju ridha-Mu, ridha-Mu
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Kuat
jadikanlah kami pasangan hidup bahagia dunia-akhirat
memiliki keturunan yang beriman dan hebat
penyejuk hati pembawa selamat
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Tangguh
dekatkanlah kami dikala jauh
jauhkanlah kami dari riuh
sibukkan kami dengan sujud kepada-Mu, kepada-Mu
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Bijaksana
hiburlah kami disaat duka
ingatkan kami dikala suka
agar pintu rahmat-Mu senantiasa terbuka
bagi cinta kami berdua
Ya Allah,
mampukanlah aku mencintainya dengan sederhana
seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Ya Allah,
izinkanlah aku mencintainya dengan sederhana
seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
Jadi apa ini? Doaisasi puisi? 😀
Coba tebak, hehe