Spread the love

Sudah dibaca 2634 kali

Print

Dari sekian sastrawan yang ada di tanah air, barangkali hanya Helvy Tiana Rosa yang kini tengah “terbakar”. Dalam waktu beberapa bulan ini, ia menjelajah banyak tempat di pelosok tanah air dan luar negeri untuk menggalang dana pembuatan film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) melalui patungan bersama (crowdfunding). Dibutuhkan dana sekitar Rp5 miliar agar novelet berusia 18 tahun itu—sejak kali pertama diterbitkan di Majalah Annida pada 1997—bisa tampil di layar lebar.

Helvy mengerahkan teman, organisasi yang didirikannya pada 1997 Forum Lingkar Pena, dan para simpatisan untuk mendukung gerakannya. Ia pun menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan, baik organisasi kemasyarakatan maupun pemerintah daerah, dalam proses produksi film.

Tim telah terbentuk, mulai dari tim produksi (sutradara, naskah skenario, casting pemain), tim publikasi jejaring sosial internet, hingga relawan. Secara sinergis tim-tim itu bergerak dalam menyosialisasikan KMGP dan pengumpulan dana di berbagai tempat dan media.

Helvy bergerak secara massif dan sistematis. Ia dan timnya masuk ke berbagai event. Menjadi pembicara dalam sejumlah seminar dan pelatihan bertema kepenulisan, keluarga, dan kemasyarakatan. Ia juga mengisi acara pada beberapa event pameran buku di sejumlah kota.

Untuk pemilihan tokoh pemeran, Helvy membuka casting daring (online) terbuka. Tiap orang memerankan satu tokoh yang diinginkan lalu mengunggahnya ke Youtube. Sejak dibuka pada Februari 2015 dan berakhir Mei 2015, lebih dari 300 orang, dari dalam dan luar negeri, mengikuti casting. Terpilih 12 orang sebagai kandidat potensial. Mereka berasal dari Medan, Lampung, Bogor, Jakarta, Surabaya, dan Palu.

Skenario film KMGP digarap oleh Fredy Aryanto, seorang penulis skenario dan sutradara film dokumenter. Sementara sutradara dipegang Firman Syah, seorang filmmaker berpengalaman. Rencananya KMGP akan mulai syuting pada Oktober 2015 di Jakarta dan Maluku Utara.

Mencari dana mandiri dalam pembuatan sebuah film bernilai milyaran adalah sebuah “jalan pedang”. Banyak risiko yang ditanggung dan kerja ekstra keras yang harus dijalani. Helvy melakukannya bukan karena tak ada Rumah Produksi (Production House) yang tertarik memfilmkan karyanya. Alasannya semata mempertahankan idelisme dia dan pembaca yang tidak terakomodasi oleh Rumah Produksi.

Helvy adalah sosok sastrawan pergerakan. Pada 1997 ia dan sejumlah rekannya mendirikan organisasi pengaderan penulis Forum Lingkar Pena. Hingga kini anggota FLP berjumlah ribuan orang. Cabangnya tersebar di nusantara dan mancanegara. Menjadikan literasi sebagai jalan mengubah negeri.

Kini watak pergerakan itu kembali dijalaninya. Membuka jalan bagi sastra dakwah merambah layar lebar yang tak tunduk pada industri perfilman.*

Dokumen terkait:

Rilis Pers

Video Promo KMGP