Spread the love

Sudah dibaca 1712 kali

 Thumbnail

Satu alasan lain munculnya AKM adalah rendahnya kompetensi literasi siswa Indonesia. Hal ini mengacu pada survei PISA yang digelar OECD sejak tahun 2000 hingga 2018. Selama rentang 18 tahun tersebut, skor literasi siswa Indonesia tidak mengalami perkembangan signifikan. Selalu di bawah rata-rata. Peringkat Indonesia juga tidak pernah keluar dari urutan ke-10 terbawah dibandingkan negara-negara lain yang disurvei.

PISA 1

Mari kita fokus ke salah satu kompetensi literasi yang diujikan oleh PISA yaitu literasi membaca. Mengapa? Literasi membaca menjadi dasar bagi pengembangan kompetensi literasi lainnya.

Ada beberapa fakta mengenai kompetensi literasi membaca siswa Indonesia pada PISA tahun 2018. Pertama, skor literasi membaca siswa Indonesia pada tahun 2018 sama dengan skor literasi siswa Indonesia tahun 2000, yaitu 371. Artinya, skor literasi membaca siswa Indonesia stagnan. Dan itu artinya kemunduran. Mestinya, kan, semakin bertambah tahun skornya meningkat. Lha ini, nggak.

Kedua, 7 dari 10 siswa usia 15 tahun tingkat literasi membacanya masih di bawah minimal. Mereka hanya mampu mengidentifikasi informasi rutin dari bacaan pendek serta prosedur sederhana.

PISA 2

Ketiga, 1 dari 3 siswa Indonesia mengaku hanya sekali atau bahkan tidak pernah diberikan tugas membaca teks yang berisi diagram atau peta serta teks berbasis digital. Artinya, guru lebih sering mengajarkan siswa dengan teks tertulis dan jarang menggunakan diagram, peta, atau teks berbasis digital. Akibatnya, saat ada soal tentang peta perairan dunia, hanya 1 dari 30 siswa Indonesia yang mampu menjawab benar soal tersebut.

Keempat, secara umum siswa Indonesia mengalami kesulitan menginterpretasikan isi bacaan panjang. Ini terkait dengan daya baca. Orang yang rajin membaca pasti memiliki kemampuan membaca yang tahan lama. Sebaliknya, orang yang jarang baca, daya membacanya pasti rendah.

Pertanyaannya, mengapa ini terjadi dan terus berulang? Pertanyaan ini sebaiknya direfleksikan dengan praktik pembelajaran di ruang-ruang kelas sekolah kita. Apakah kegiatan belajar mengajar di kelas telah menumbuhkembangkan kompetensi literasi dalam diri siswa? Jangan-jangan, belum!

Masa genting tumbuh kembang seorang anak dalam literasi membaca adalah saat ia duduk di bangku SD kelas rendah, yaitu kelas I, II, dan III. Di masa ini, mereka semestinya tidak sekadar belajar mengenal huruf, kata, dan merangkainya menjadi kalimat. Mereka seharusnya juga belajar memahami isi bacaan, mengkritisi maksud dan gagasan penulisnya, serta mengeksplorasi lebih jauh pengetahuan yang tengah mereka pelajari.

Ciri anak-anak yang memiliki kompetensi literasi membaca yang baik di masa ini yaitu rajin membaca dari beragam sumber bacaan, rajin bertanya, dan senang mengomentari berbagai hal. Sebaliknya, kegagalan menumbuhkan literasi membaca di masa ini tampak dari kemalasan anak untuk membaca, tidak kritis dalam berpikir, dan asal komentar. Di usia dewasa, mereka kesulitan membedakan antara fakta, opini, dan hoaks.

Kembali ke PISA. Soal-soal literasi membaca pada PISA terkait dengan keterampilan berpikir dan kontekstualisasi. Soal-soal PISA menguji kemampuan siswa dalam memahami dan mengkritisi bacaan serta memanfaatkan materi pelajaran untuk menyelesaikan persoalan di kehidupan keseharian siswa. Hal yang sangat berbeda dengan soal UN yang mengandalkan penguasaan materi dan hafalan.

Tipe soal PISA ini akan diadopsi dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Oleh karena itu, pembelajaran yang disiapkan untuk menghadapi AKM pada 2021 sebaiknya menekankan pada aspek literasi dan numerasi. Siswa diberi bekal kompetensi, bukan penguasaan materi. Masih ingat analogi kail dan ikan pada video saya sebelumnya, kan?

Perubahan orientasi pembelajaran ini membutuhkan komitmen Pemerintah Daerah selaku pengelola satuan pendidikan. Kapasitas guru perlu disiapkan karena untuk membekali siswa keterampilan literasi, dibutuhkan guru-guru yang punya keterampilan literasi. Ingat, keteladanan nomor satu di dunia pendidikan.

Dunia sudah jauh berubah, termasuk dunia pendidikan kita. Problemnya, masih banyak di antara kita yang belum mau berubah. Apakah itu termasuk Anda?

Tulisan ini merupakan naskah dari video yang dimuat di kanal YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=fK4Pq8yps5E&t=1s