Spread the love

Sudah dibaca 1676 kali

Sintaksis

 

Judul Buku    : Sintaksis, Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi

Penulis          : Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan

Penerbit        : PT. Bumi Aksara

Halaman       : xiii+237 halaman

Cetakan        : ke-1

Tahun           : 2014

 

Banjir informasi yang terjadi di era digital saat ini mengundang keprihatinan banyak kalangan. Lompatan fase keberaksaraan dari melek aksara ke arah dunia digital, dengan melewati fase gemar membaca, menempatkan kompetensi literasi peserta didik dan masyarakat Indonesia di posisi terendah dibandingkan negara-negara lain. Survei Programme for Internasional Student Assessmen[D1] t (PISA)  pada 2015, misalnya, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-64 dari 72 negara yang disurvei, menunjukkan kompetensi literasi membaca, sains, dan matematika siswa Indonesia berusia 15 tahun, tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Singapura. Survei teranyar pada 2016 oleh Central Connecticut State University, Amerika Serikat, menempatkan tingkat literasi masyarakat Indonesia di posisi ke-60 dari 61 negara yang disurvei (posisi ke-61 ditempati Botswana, negara miskin di Benua Afrika).

Salah satu indikasi rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia tampak dari maraknya peredaran berita bohong (hoaks) di media sosial bahkan media nasional arus utama (mainstream). Mudahnya masyarakat menelan berita bohong bahkan memakan banyak korban jiwa. Ujaran kebencian di media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Twitter, dan Instagram seperti menjadi makanan sehari-hari.

Di sisi lain, hadirnya berita bohong, ujaran kebencian, dan kegagapan pejabat publik dalam berbahasa menarik sebagian kalangan untuk meneliti dan menganalisis fenomena itu dari sisi bahasa. Wacana dan teks yang memenuhi komunikasi publik, baik yang viral maupun sepi pemberitaan, menjadi objek yang tidak pernah habis untuk dikaji dan dikritik. Yang tidak kalah menarik, banyak bermunculan istilah baru yang digunakan masyarakat dalam mengungkap hasrat dan alam pikirannya.

Situasi berbahasa masyarakat seperti itu menarik untuk ditelaah guna mengetahui tingkat ketepatan dan efektivitas penggunaannya. Pertanyaannya kemudian: alat apa yang dapat digunakan untuk menelaahnya? Buku berjudul Sintaksis, Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi yang ditulis oleh Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan (PT. Bumi Aksara, 2014), menawarkan instrumen yang mampu memotret dan membedah situasi berbahasa masyarakat kita.

Menurut buku ini, sebagaimana tertulis dalam sampul belakangnya, penilaian terhadap penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, sedangkan penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif. Kalimat efektif yaitu kalimat yang dapat menyampaikan pesan secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam konteks ini, sintaksis menjadi bagian penting dalam kegiatan berbahasa karena sintaksis merupakan dasar untuk membentuk kewahirwacanaan.

Buku yang ditulis dua dosen Universitas Negeri Jakarta ini mengkaji sintaksis dari perspektif paradigma fungsional, yakni suatu aliran linguistik yang menjadikan “fungsi bahasa” sebagai hal utama dalam mengkaji bahasa (hal. v). Cara pandang aliran linguistik fungsional terhadap bahasa melahirkan asumsi-asumsi linguistic. Asumsi ini dimanfaatkan untuk memperkaya materi pelajaran sintaksis di perguruan tinggi.

Setidaknya ada 13 asumsi yang dihadirkan (hal. v). Pertama, pengajaran sintaksis harus melibatkan fungsi bahasa karena menurut kaum fungsional bahasa terstruktur berdasarkan fungsi komunikasi bahasa dalam kehidupan manusia. Kedua, pengajaran sintaksis harus memperhatikan tindak tutur karena pada dasarnya bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Ketiga, unit bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih besar sehingga pengajaran sintaksis bukanlah pengajaran yang bersofat atomistis, melainkan pengajaran yang bersifat komprehensif karena masing-masing satuan bahasa dalam sintaksis berfungsi untuk membentuk makna.

Keempat, Pengajaran sintaksis harus bersifat integratif. Pembahasan frasa tidak lepas dari pembahasan klausa. Pembahasan klausa tidak lepas dari pembahasan kalimat, dan pembahasan kalimat tidak lepas dari konteks kalimat. Pembahasan tentang konteks kalimat tidak terlepas dari pembahasan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Kelima, pengajaran sintaksis hendaknya tidak diberikan dalam bentuk potongan kalimat yang berbeda-beda, tetapi diberikan dalam bentuk wacana. Keenam, pengajaran sintaksis harus diletakkan dalam kerangak realitas sosial dan realitas semiotic. Ketujuh, pengajaran sintaksis hendaknya melibatkan konteks. Analisis unsur-unsur bahasa harus dihubungkan dengan konteksnya. Asumsi ini sejalan dengan prinsip kaum fungsional yang mengatakan bahwa bahasa adalah kontekstual.

Kedelapan, pengajaran sintaksis lebih diarahkan pada tujuan mencari makna daripada mencari ketepatan gramatikal. Kesembilan, struktur ditentukan oleh fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Pengajaran sintaksis hendaknya diawali dengan melihat fungsi bahasa yang terdapat dalam suatu kalimat. Kesepuluh, pengajaran sintaksis hendaknya melihat struktur bahasa dari tiga perspektif, yaitu fungsi sintaksis, fungsi semantik, dan fungsi pragmatik. Kesebelas, pemerian dan analisis unsur-unsur sintaksis disusun berdasarkan relasi antara semantik dan sintaksis, bukan relasi gramatikal.

Kedua belas, analisis unsur-unsur bahasa dalam pengajaran sintaksis dapat dilakukan melalui du acara yaitu (1) dari sintaksis ke semantik atau (2) dari semantik ke sintaksis. Ketiga belas, kajian semantik sebaiknya mendahului pengajaran sintaksis.

Di buku ini, ke-13 asumsi tersebut dibahas ringkas dalam 22 bab. Secara garis besar, pembahasan meliputi frasa, klausa, kalimat, dan fungsi serta hubungan di antara ketiga pokok itu.

Dalam pembahasan mengenai frasa, yang meliputi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa numeralia, frasa pronominal, frasa adverbial, dan frasa preposisional, penulis menjelaskan masing-masing frasa secara sistematis, yaitu pengertian frasa, hubungan fungsional antarunsur dalam frasa dan makna gramatikalnya, dan perluasan frasa. Penggunaan pola berulang seperti itu memudahkan pembaca dalam memahami definisi, fungsi, dan hubungan dengan unsur lain.

Ciri pembahasan tiap bab dalam buku ini diawali dengan potongan teks untuk dianalisis dan ditutup dengan latihan. Analisis terhadap potongan teks menandakan bahwa pembahasan dilakukan secara kontekstual. Sedangkan latihan ditujukan untuk mempertajam pemahaman pembaca.

Buku ini ditujukan untuk menunjang perkuliahan Sintaksis. Penyusunan buku disesuaikan dengan silabus perkuliahan yang dikembangkan berdasarkan kurikulum perguruan tinggi, yaitu Kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dengan demikian, buku ini sangat membantu mahasiswa memahami Sintaksis dengan mudah dan komprehensif. Terlebih penulisannya ringkas dan padat serta tidak bertele-tele sehingga memudahkan mahasiswa memahami materi langsung ke substansinya.

Buku ini sangat berguna untuk memahami tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan bahasa masyarakat. Mahasiswa, dosen, peneliti, dan masyarakat yang tertarik pada ilmu bahasa wajib membaca buku ini.*

 

 


 [D1]Programme for Internasional Student Assessmen