Motor Setan
Sudah dibaca 756 kali
Sambal setan. Rawon setan. Ceker setan. Mi setan. Tahu setan judes. Di dunia kuliner, arti “setan” bukan makhluk halus pengganggu manusia. “Setan”, di dunia kuliner, kurang lebih, artinya lebih pedas dari biasanya. Cabainya lebih banyak.
Serba setan, di dunia kuliner, diburu orang. Sesuatu yang tidak biasa. Aneh. Ganjil. Sensasional. Mengganggu lidah. Menguras keringat. Soal rasa, belakangan. Yang penting sangat pedas. Pedas dapat menutupi rasa.
Selain setan, makhluk halus lainnya yang populer di dunia kuliner adalah pocong. Ada pancong pocong. Tahu pocong. Baso pocong. Nasi pocong. Pisang goreng pocong. Es pocong manis.
Beda rasa, beda suara. Kalau setan dan pocong akrab dengan penyuka kuliner, bagaimana kalau motor? Bolehkah disebut motor setan?
Motor setan suaranya gaduh dan berisik. Mengganggu telinga. Rata-rata pengendaranya tidak dikenal “korban”. Dari jauh, hanya suara bising yang dikenali. Tak ketahuan wajahnya.
Motor setan mengganggu orang ibadah. Masjid. Gereja. Pura. Wihara. Klenteng. Merusak kekhusyukan.
Motor setan mengganggu orang sakit. Butuh ketenangan. Orang lansia. Bayi. Ibu hamil. Anak-anak. Orang saleh. Preman. Penyakitan.
Sepanjang jalan, motor setan menebar teror: suara gaduh, berisik, bising. Semua orang dipaksa mendengarkan. Menolak, tutup kuping saja.
Sepertinya ada sensasi jika naik motor setan. Merasa keren. Hebat. Jadi pusat perhatian. Tapi mereka juga tahu, suara knalpot motor setan mengganggu orang. Tapi, buat apa peduli perasaan orang?
Intinya rasa peduli dan empati sudah mati. Sekarat. Individualistis. Bebas. Tutup kuping lo kalau gue lewat!
Sambal setan. Motor setan. Sama-sama menyebalkan. Tapi yang satu oke. Satu lagi memble. Dasar setan!
Tangerang, 9 Juli 2021
Leave a Reply