Pantai Sawarna, Buat Hati Jadi Berwarna
Sudah dibaca 461 kali
Letaknya di Pantai Selatan namun aman untuk bersenang-senang. Rekomendasi asyik untuk wisata air.
Kamu pernah ke Pantai Sawarna? Kalau belum, berkunjunglah ke sana setidaknya sekali seumur hidup. Nikmati keindahan pantai dan desiran ombaknya yang akan membuat kamu kangen untuk kembali menyambanginya. Nikmati pula suasana desa wisata yang menemani para wisatawan di sekitar pantai. Pantai yang sedang jadi primadona warga Banten dan Jawa Barat ini terletak di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Sekitar 203 kilometer dari Tangerang.
Saya dan keluarga ke Pantai Sawarna pada Sabtu (20/4/2024) lalu. Jalurnya dari Tangerang melalui tol Tangerang-Merak, Rangkasbitung, Gunung Kencana, Malimping, Bayah, lalu Sawarna. Berangkat pukul 8 pagi dan tiba di sana pukul 12.30 WIB. Saat mulai memasuki kawasan Gunung Kencana yang didominasi hutan dan pemandangan pesisir, hatimu pasti akan berwarna saat menikmati keindahan suasana.
Seharusnya kami berhenti di area yang ada gapura Kawasan Wisata Pantai Sawarna, pintu masuk utama yang memiliki tempat parkiran luas: lapangan tanah. Namun kami melewati gapura itu dan berhenti di pintu masuk lainnya yang lebih sempit: hanya dapat dilewati sepeda motor.
Di sini ramai. Ada Alfamart dan rumah makan di sekitarnya. Juga sejumlah area parkiran di pinggir jalan. Jika parkiran penuh, kamu bisa memarkir kendaraan di lingkungan perumahan warga. Kami memarkir mobil di lapangan hijau lingkungan warga. Tarifnya Rp30 ribu per malam.
Setelah tiba di penginapan, kami istirahat sebentar dan sorenya langsung melaut. Eh, maksudnya, pergi ke pantai. Sengaja ke pantai di sore hari agar kulit tidak gosong terpanggang mentari.
Suasana pantai sangat ramai. Mulai anak-anak, remaja, hingga orang tua memenuhi bibir pantai. Ada yang main pasir membuat istana dan menimbun tubuh teman, ada pula yang bermain lempar bola. Keasyikan itu ditimpali debur ombak yang tak mengancam: di sini, meskipun menghadap laut selatan yang terkenal dengan ombaknya yang ganas, Pantai Sawarna tergolong aman jika bermain di pinggir pantai. Sore itu tampak dua orang surfer bermain dengan ombak agak ke tengah laut. Mereka sangat menikmati ombak sore itu.
Kalau capek, istirahatlah dekat perahu nelayan yang di parkir agak jauh dari bibir pantai. Lebih jauh lagi, berderet rumah warga yang menjual aneka jajanan ringan dan berat. Kalau perut berbunyi, tenang, ada tukang baso tusuk yang mondar-mandir siap melayani. Per baso Rp1.000.
Kami kembali ke penginapan menjelang maghrib. Di kamar mandi, kami disibukkan dengan membersihkan pakaian yang dipenuhi pasir pantai. Meskipun sudah bilas di air kran depan penginapan, tetap saja bagian kantong jadi tempat kumpul pasir yang sulit dibersihkan.
Tanjung Layar
Kami kembali ke Pantai Sawarna keesokan paginya. Kali ini tujuannya Pantai Tanjung Layar. Sebelum ‘berkelana’ lebih jauh, kami mengisi perut dulu. Di sini banyak warung penjual sarapan. Tinggal pilih. Ada yang jual nasi uduk, nasi kuning, dan nasi putih. Lauknya bervariasi, mulai dari cumi bakar, telur bulat, hingga ayam goreng. Ini cara dapat sarapan cantik di sini: makan sambil duduk menghadap pantai, menikmati deburan ombak dan melihat anak-anak serta orang tua mencari ikan dan kerang di bebatuan karang yang menyembul ke permukaan.
Setelah kenyang, kami berjalan menyusuri pantai. Keramaian sudah menghadang. Maklum, hari Minggu, banyak warga senang ke pantai. Saya agak takjub dengan banyaknya tenda yang berdiri di pinggir pantai. Rupanya mereka datang ke pantai sore atau malam dan tidur di tenda. Entah mereka bawa tenda sendiri dari rumah atau menyewa tenda yang ditawarkan di desa wisata. Rata-rata mereka bawa sepeda motor dan memarkirnya di dekat tenda.
Kami berhenti di area Pantai Tanjung Layar. Mengambil foto, wifi, dan selfie dengan latar dua bongkah batu besar yang berbentuk mirip perahu layar—itulah mengapa tanjung itu dinamakan Tanjung Layar. Di sini, debur ombak terdengar keras. Deretan batu karang seperti pagar yang siap diterjang melindungi Tanjung Layar. Kendati tidak ada pasir putih yang bisa diajak bercengkrama, suasana dan pemandangan di sini begitu indah. Sejenak kepenatan kerja dan keriuhan suasana kota di menghilang di ujung kepala.
Oh ya, kalau ingin santai dan ngopi cantik, kamu bisa kok mampir di warung yang berjejer di sepanjang pantai. Kamu bisa juga minum air kelapa dengan batoknya sambil mengunyah kudapan.
Oh ya, kalau ingin santai dan ngopi cantik, kamu bisa kok mampir di warung yang berjejer di sepanjang pantai. Kamu bisa juga minum air kelapa dengan batoknya sambil mengunyah kudapan.
Sebenarnya pantai di pesisir Samudra Pasifik ini tak hanya Sawarna dan Tanjung Layar. Banyak pantai lain di dekatnya yang juga tak kalah indah, misalnya Pantai Ciantir, Pantai Legon Pari, Pantai Karang Taraje, Pantai Goa Langir, Pantai Pulo Manuk, dan Karang Bokor Sawarna. Selain wisata pantai, ada pula wisata Goa Lalay Sawarna. Anda tak cukup satu hari kalau ingin menyambangi dan mengeksplorasi tempat eksotis itu.
Perbaikan
Satu hal yang kurang menyenangkan dari wisata pantai ini adalah sampah bertebaran di mana-mana. Padahal tempat sampah sudah tersebar di sejumlah tempat. Sepertinya banyak pengunjung tidak begitu peduli dengan kebersihan area wisata. Bahkan, tak sedikit botol anggur berserakan hingga pasir pantai.
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) selaku pengelola wisata mesti jeli melihat ‘kesempatan’ ini. Tempat ramai menjadi momen terbaik untuk kampanye tentang kebersihan. Selain tempat sampah, poster tentang ajakan hidup sehat dan jaga lingkungan juga bagus disebarkan. Keren deh kalau pengelolaan tempat wisata dibarengi dengan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Satu lagi: kebisingan dari knalpot brong. Banyak pengunjung yang sepeda motornya menggunakan knalpot brong. Suaranya yang memekakkan telinga mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Pengelola wisata perlu mempertimbangkan kenyamanan wisatawan dengan menjaga area pantai agar tidak terkena polusi suara. Buat kebijakan, misalnya, sepeda motor yang boleh masuk area pantai menggunakan knalpot standar (pabrikan). Hitung-hitung kebijakan ini mendukung penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.*
Perjalanan
Perjalanan dari Tangerang dapat ditempuh melalui dua cara. Saya berangkat dari Tangerang ke Sawarna melalui Tol Tangerang-Merak. Pulangnya melalui Pelabuna Ratu. Rutenya: Sawarna-Cisolok-Pelabuhan Ratu-Cikidang/Cibadak-Ciawi/Bogor-Tangerang. Mungkin karena masih suasana arus balik Lebaran dan libur akhir pekan, jalan yang kami lalui mengalami macet panjang saat mendekati area wisata Pelabuhan Ratu. Kemacetan panjang juga harus kami alami dengan ekstra sabar saat mobil merangkak memasuki area tol selepas Tol Bocimi yang ditutup gara-gara longsor pada 3 April 2024.
Jalan raya dari Sawarna ke Pelabuhan Ratu juga penuh liku dan naik-turun. Tantangan berat untuk sopir dan pengendara sepeda motor. Melalui hutan dan pesisir nan indah. Untungnya, jalannya sebagian besar mulus.
Oke, Sobat, selamat bersenang-senang! Tetap sehat dan terus jalan-jalan!*
Video suasana Pantai Sawarna di pagi hari: Klik
Lokasi Pantai Sawarna (Google Maps): Klik
Laman referensi: Sawarna
Leave a Reply