Prostitusi: Derita Kaum Hawa, Bencana Kita Semua
Sudah dibaca 1137 kali
Kasus prostitusi daring (online), prostitusi terselubung, pelacuran, dan apalah namanya itu, yang selama lebih dari sepekan ini diangkat oleh media massa, lebih banyak merugikan kaum Hawa ketimbang kaum Adam, terutama bagi ibu, istri, dan kekasih (perempuan).
Bagi ibu, ia akan sangat sedih dan merasa berdosa jika anak perempuannya jadi pelacur. Saat melahirkan, ia berharap anaknya menjadi saleha dan menaati ajaran agama. Ia tidak pernah berharap anaknya berzina, mengganggu kehidupan keluarga lain, dan menyakiti hati perempuan lain.
Ibu juga akan sangat sedih dan merasa berdosa jika anak lelakinya menjadikan perempuan lain sebagai pemuas nafsu. Saat melahirkan, ia berharap anaknya menjadi saleh dan menaati ajaran agama serta memuliakan perempuan. Ia tidak pernah berharap anaknya berzina, mengganggu kehidupan keluarga lain, dan menyakiti hati ibu, ayah, dan saudara perempuan itu.
Bagi istri, ia akan sangat sedih dan merasa dikhianati jika mendapati suaminya berzina dengan perempuan lain, melakukan hubungan terlarang dan menodai ijab-kabul pernikahannya yang sakral. Saat menikah, ia berharap suaminya setia, hanya menjalin hubungan dengan dirinya, dan menjadi imam penuntun ke surga. Ia tidak pernah berharap suaminya berzina, merendahkan martabat perempuan lain, dan pulang ke rumah membawa dosa.
Betapa banyak istri di negeri ini, bahkan di dunia, yang terkejut karena mendapati dirinya terjangkit HIV AIDS. Mereka tidak pernah berselingkuh dengan lelaki lain, mengonsumsi narkoba, atau menggunakan jarum suntik tidak steril. Mereka jadi korban suaminya yang pulang membawa penyakit kelamin yang didapatnya setelah berkali-kali berzina dengan perempuan lain.
Bagi kekasih (perempuan), betapa sakit hatinya jika tahu kekasihnya berzina dengan perempuan lain, mengkhianati cinta, hati, dan pikirannya. Ia akan selalu was-was jika kekasihnya suatu saat menjadi suami namun membawa penyakit kelamin dan menulari dirinya. Ia akan selalu khawatir jika suatu saat ia akan direndahkan oleh suaminya, karena seorang lelaki yang berzina dengan pelacur tidak akan memandang hormat kaum hawa.
Bagi pelaku prostitusi (perempuan), kesedihannya akan berlipat-lipat, sehebat apapun ia tutupi. Hati nuraninya akan sakit karena menahan derita dosa yang tidak mungkin dientaskan. Hati nuraninya akan terusik mengetahui lelaki pasangan zinanya melukai hati ibu, istri, dan orang-orang terkasihnya. Hati nuraninya akan sakit karena tahu keutuhan keluarga lelaki itu diambang kehancuran akibat perbuatannya.
Di banyak tempat prostitusi, baik di lokalisasi prostitusi yang terkesan kampungan maupun di tempat tak terlokalisasi semacam transaksi daring (online), posisi perempuan hanya sekadar pemuas nafsu. Keelokan tubuhnya dijual dengan harga yang bisa ditawar-tawar, baik oleh muncikari maupun oleh dirinya sendiri. Setelah transaksi, ia kemudian menjadi barang tak berharga, yang harus terima apa saja dan menurut melakukan apa saja sesuai perintah orang yang membayarnya. Prostitusi, elit ataupun kampungan, hanya merendahkan kaum perempuan.
Maka prostitusi harus diberantas. Prostitusi juga harus dicegah, dimulai dari keluarga. Orang tua harus menanamkan kepada anak-anaknya, lelaki dan perempuan, sikap penghargaan dan penghormatan kepada kaum perempuan. Kaum hawa harus dimuliakan. Menjadi sahabat anak saat mereka beranjak dewasa, menjelaskan berbahayanya mendekati perbuatan zina dengan melakukan aktivitas berduaan dengan lawan jenis, serta menanamkan nilai-nilai agama dan menegaskan bahwa berzina, melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang belum dinikahinya, merupakan dosa besar yang dilaknat Tuhan.
Kini ketahanan keluarga kembali diuji. Jauhkan diri dan keluarga kita dari api neraka.
Jakarta, 15 Januari 2018.
Leave a Reply