Dosen Mentor Guru
Sudah dibaca 429 kali
Dalam rangka pemulihan pembelajaran, terutama terkait penguatan literasi dan numerasi, perguruan tinggi (PT) dapat memainkan perannya sebagai “kakak tertua” bagi sekolah-sekolah di sekitarnya. Dalam konteks individu, dosen dapat menjadi mentor bagi guru.
Ini bukan ide baru. Bahkan sudah banyak dosen yang menjadi mentor bagi guru. Ide ini saya lontarkan saat menyampaikan materi Jejaring Pendukung Pemulihan Pembelajaran pada Kamis malam, 11 Juli 2024. Acara di Aula Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Barat ini dihadiri sekitar 40 peserta dari unsur guru penggerak, kepala sekolah, pengawas, pegiat literasi, komunitas, dan akademisi. Ada tiga dosen (dari tiga perguruan tinggi di NTB) yang hadir di acara itu.
Semua dosen akhirnya angkat bicara. Ada yang menyampaikan praktik baiknya berupa pemberian donasi berupa alat peraga pembelajaran yang dibuat oleh mahasiswa kepada sekolah di sekitarnya. Ada yang menyatakan rencana kolaborasi setelah kembali ke kampusnya. Ada pula yang mengeluhkan sekolah tak kunjung mengirimkan proposal kepada pihak kampus. “Perguruan Tinggi menunggu kepala sekolah datang, sebaliknya kepala sekolah menunggu kedatangan pihak kampus. Akhirnya saling tunggu,” kata saya.
Ada sejumlah keuntungan jika PT dan sekolah menjalin kerja sama dan kolaborasi. Pertama, dosen dapat melihat praktik pembelajaran guru secara langsung. Dengan begitu, dosen bisa memperbarui penggunaan teori, pendalaman praktik, dan pengetahuan usang yang digunakan di kelasnya. Di sisi lain, pengetahuan dan keterampilan mengajar guru bertambah karena mendapat masukan dari rekan diskusi (dosen). Kedua, guru dapat meningkatkan kapasitas mengajarnya melalui diskusi dan pelatihan bersama dosen. Mereka mengetahui perkembangan terbaru tentang metode pembelajaran dan pengayaan materi pelajaran secara komprehensif. Ketiga, mahasiswa mendapatkan kesempatan berinteraksi langsung dengan guru dan siswa sehingga mereka tahu dan mampu meningkatkan pengetahuan dan kecakapannya di bidang tertentu.
Berikut ini sejumlah kolaborasi yang dapat dilakukan oleh PT dan sekolah di sekitarnya:
- Dosen menjadi mentor guru. Guru dapat memilih dosen mentor sesuai mata pelajaran atau keseluruhan. Misalnya, guru memilih dosen bahasa, matematika, atau olahraga sebagai mentornya. Atau guru SD meminta dosen Pendidikan Guru SD menjadi mentornya.
- Dosen melakukan pemantauan di kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dosen kemudian mendiskusikan hasil pengamatan dan memberi saran perbaikan kepada guru.
- Mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bertema literasi.
- Memberi inspirasi kepada mahasiswa untuk menulis skripsi, tesis, dan disertasi dengan tema literasi dan sekolah sekitar sebagai subjek penelitian.
- Mendonasikan alat peraga pembelajaran kepada sekolah di sekitarnya.
- Mengundang guru untuk menghadiri perkuliahan.
- Menjadikan sekolah di sekitar kampus sebagai objek penelitian yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh sekolah.
Anda dapat menambahkan sendiri. Apapun program/kegiatan kolaborasi yang dibangun harus fokus pada dua hal yaitu penguatan kompetensi literasi guru dan peningkatan hasil pembelajaran siswa. Program/kegiatan dievaluasi secara berkala untuk mendapatkan masukan demi perbaikan program/kegiatan berikutnya.
Di sisi lain, kepala sekolah dan guru perlu proaktif untuk beraudiensi dengan rektor/dekan. Jangan menunggu disambangi. Program dukungan yang dapat ditawarkan kepada pihak kampus di antaranya pelatihan menulis, pelatihan pengelolaan perpustakaan, donasi buku, dan pendampingan pembelajaran di kelas.
Kerja sama dan kolaborasi antara PT dan sekolah akan menjadi duet maut. Jalinan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) keduanya berdampak positif dalam kehidupan akademik baik di PT maupun sekolah. Jadi, buat apalagi saling menunggu? Gas!*
Leave a Reply