Masjid Berkubah Emas, Masjid Dian Al-Mahri
Sudah dibaca 304 kali

Selasa dini hari (25/3/2025) kami membelah keheningan Kota Depok, dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pendidikan Dasar dan menengah (Pusdiklat Kemendikdasmen) di Sawangan menuju Masjid Dian Al-Mahri di Limo. Perjalanan dengan taksi itu dengan dua pilihan: 4,7 km melalui jalan umum dan 11 km melalui jalan tol. Karena teman memesan melalui aplikasi dengan harga tetap (fixed) senilai Rp30 ribu, kami melalui rute biasa.
Sepanjang jalan sepi, hanya sedikit sekali kendaraan yang tampak. Menyusuri jalanan yang hanya cukup dilewati oleh satu mobil di tengah perkampungan yang padat, kami cukup bersyukur. Kalau pagi pasti sulit dilewati karena kemacetan.
Kami melewati 3 iringan remaja di tiga tempat yang memukul-mukul bedug dan kaleng, membangunkan orang tidur. “Sahur, sahur!!!”
Sekitar 30 menit kemudian, kami tiba di lokasi. Sepeda motor terparkir rapi di tempatnya.
Kami langsung ke ruang utama untuk bergabung qiyamullail. Beberapa shaf jamaah rapi mengikuti imam. Sebagian orang dewasa tampak tidur di beberapa tempat. Sejumlah anak-anak bercanda dan bermain gim.
Saya langsung bergabung dengan jamaah. Bacaan imam begitu syahdu.
Usai salat, saya dan seorang teman bergabung dengan jamaah lain membentuk barisan mengular. Menunggu satu per satu jamaah menerima sekotak makanan sahur. Tertib. Semua kebagian.
Kami sahur di teras masjid. Usai makan, teman saya ambil air wudhu dan masuk ke masjid untuk tafakur sembari memejamkan mata. Saya sendiri beli kopi di kios dekat parkiran. Mengusir kantuk.
Usai ambil air wudhu, kami salat subuh berjamaah. Lalu pulang masih dengan kondisi gelap. Beberapa teman yang datang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur merasa kurang beruntung karena tak bisa melihat lapisan emas di kubah masjid dan suasana taman yang luas. Ya, masih gelap.
Kami kembali ke Pusdiklat dengan taksi lagi. Kali ini lewat jalan tol. Kapok lewat jalan kampung yang sempit dan panjang. Cukup menyenangkan.
1 dari 7 Masjid Berkubah Emas di Dunia
Masjid Dian Al-Mahri berdiri di atas lahan seluas 50 hektare dan menempati area 60 x 120 meter (sekitar 8.000 meter persegi), masjid yang dibangun selama 5 tahun (2001—2006) dan dibuka untuk umum pada 31 Desember 2006 ini mampu menampung 20.000 jemaah.
Lima kubahnya dilapisi emas 24 karat dengan tebal 2—3 milimeter, didatangkan dan dipasang oleh tenaga dari Italia. Hal ini menjadikan Dian Al-Mahri sebagai satu dari tujuh masjid di dunia yang berkubah emas. Enam masjid lain yaitu Jame’ Asr Hassanil Bolkiah dan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam; Masjid Al-Askari di Samarra, Irak; Masjid Qubbah As Sakhrah di Yerusalem, Palestina; Masjid Suneri di Lahore, Pakistan; dan Masjid Sultan di Singapura. Bentuk kubahnya mengacu pada bentuk yang umum digunaan di masjid-masjid di Persia dan India. Empat kubah berukuran kecil berdiameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter.
Di dalam masjid terdapat lampu gantung dari Italia dengan bobot 6 ton. Di atas tempat imam ada hiasan relief dari emas 18 karat. Mahkota pilar masjid sebanyak 168 buah berlapis bahas prado atau sisa emas.
Arsitektur Masjid Dian Al-Mahri mengikuti tipologi dengan ciri kubah, menara, halaman dalam, dan pengunaan detail dengan hiasan dekoratif elemen geometri dan obelisk. Seluruh permukaan bangunannya dibalut dengan batu granit, didatangkan langsung dari Italia. Halaman dalamnya terdiri dari empat sisi yang dihiasi dengan material marmer, kebanyakan didatangkan dari Turki. Satu sisi berhubungan langsung dengan ruangan salat. Tiga sisi lainnya dibatasi selasar berupa sederetan pilar berbalut granit berbentuk arcade yang didatangkan dari Brazil.
Menaranya berjumlah enam, bentuknya segi enam. Masing-masing terdiri dari enam tingkat. Menghujam langit setinggi 40 meter.
Pengusaha Banten
Masjid Dian Al-Mahri dibangun oleh Hajjah Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid. Nama lengkapnya Dian Djuriah Rais binti Muhammad Rais. Ia memiliki bisnis di Brunei Darussalam dan beberapa kilang minyak di Timur Tengah.
Pengusaha asal Banten ini lahir pada 14 Desember 1949 dan meninggal pada Jumat, 29 Maret 2019, di Rumah Sakit Pondok Indah sekitar pukul 02.20 WIB. Meninggalkan 14 anak dan 38 cucu. Makamnya terletak di halaman masjid yang didirikannya. Ia dikenal dermawan. Sudah banyak masjid didirikannya tersebar di nusantara.
Masjid Dian Al-Mahri terletak di Jalan Meruyung Raya, Kelurahan eruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Orang datang ke sini tak sekadar ibadah. Banyak juga yang menjadikannya sebagai lokasi wisata religi. Masjid dibuka setiap hari pukul 03.40—06.30 WIB dan 10.00—20.00 WIB. Kamis, sesi kedua masjid dibuka mulai pukul 14.30—20.00 WIB.* (Billy Antoro)
Lokasi Masjid Dian Al-Mahri:
https://maps.app.goo.gl/HzkJDRQRFNg5VYTt6
Sumber Tulisan: Berbagai sumber
Wah… Baru tahu ada masjid berkubah emas betulan di negeri sendiri.
Btw, saya salfok sama lampu gantungnya yang beratnya 6 ton itu. Jadi ngerih sendiri. Kalau gempa kan seram itu
Turut bangga kita punya mesjid dgn kubah emas. Semoga ini tetap lestari dan gk ada tangan2 jahil yg merusak ya.
Pernah ke sana tahun 2013. Setelah membaca tulisan ini jadi bangga karena kubah emas ada 7 di dunia dan salah satu nya ini. Pantes pas lihat kubah nya kayak ingat kubah yg mirip dengan sebuah foto ketika berada di Masjid Sultan Singapura. Sudah berkunjung ke kedua masjid kubah emas. Semoga bisa berkunjun ke 5 masjid kubah emas lainnya hehe