Spread the love

Sudah dibaca 73 kali

Suasana syuting di kelas VII SMP Islam Dian Didaktika, Depok, Jawa Barat, Kamis pagi (28/11/2024).

Kamis pagi (28/11/2024) itu minibus yang saya tumpangi menembus keriuhan Cinere, Depok, Jawa Barat, menuju SMP Islam Dian Didaktika. Jalan agak macet saat tiba di sebuah pertigaan yang tidak ada lampu lalu lintasnya. Jadilah saya sedikit terlambat datang di sekolah yang berdiri pada 1992 itu. Sekolah ini dinaungi oleh Yayasan Dian Didaktika yang juga menaungi jenjang KB-TK, SD, dan SMA. Beberapa gedungnya berdekatan di tengah kompleks.

Saya datang di belakang rombongan Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP). Mengikuti arahan seorang guru, saya memasuki ruangan yang sudah disiapkan untuk menyambut kedatangan pejabat Kemendikbudristek itu. Memang, hari itu, Mas Nino, sapaan akrab Anindito Aditomo, ingin meninjau sekolah dan syuting video pembelajaran. Saya sempat bersalaman dengannya dan mendengar perkataannya, “Oh, ini Mas Billy.”

“Iya,” ucap saya pendek.

Baru kali itu kami bertatap muka, seringnya secara daring. Ia kemudian melanjutkan percakapan dengan kepala sekolah. Saya sendiri duduk di kursi dekat pegawai Puskurjar.

Ya, video pembelajaran. Pagi hingga sore itu di sebuah kelas dilakukan syuting pengambilan gambar video pembelajaran literasi. Tokohnya Restu Nurwahyudin, guru Bahasa Indonesia. Ia bermain peran dengan murid-murid kelas VII. Temanya tentang membedakan hoaks dan fakta.

Syuting berjalan lancar. Siswa-siswi yang terlibat tampak alami memainkan peran, tak tampak tegang. Faktanya, mereka akan bercanda, ngobrol, dan membuat kegaduhan di luar aktivitas syuting. Restu juga piawai memainkan peran.

Ifa, penulis skenario, sembari memegang naskah skenario, mondar-mandir memberi arahan dan masukan kepada tim produksi. Sa’ad, Sang Sutradara, sibuk memberi arahan kepada dua kamerawan dan seorang teknisi. Saya sendiri ikut mondar-mandir mengawasi syuting, beri masukan seperlunya. Neneng, staf Pusat Kurikulum Pembelajaran (Puskurjar), yang ditugaskan mengawal kegiatan, juga beberapa kali masuk ruang kelas untuk menyaksikan jalannya syuting.

Syuting selesai sore. Adegan terakhir di ruang kepala sekolah. Setelah itu kami semua pulang.

***

Jumat malam (8/11/2024) itu saya tak langsung meluncur ke Hotel Ayana Midplaza Jakarta untuk memenuhi undangan Puskurjar, BSKAP. Setelah mengikuti kegiatan Direktorat Guru Pendidikan Dasar di Hotel Horison Ciledug Tangerang, saya meluncur ke Rawamangun, kantor Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ada acara “Ngariung (Ngobrol Bareng) bersama Pak Menteri”. Di sana, para sastrawan, akademisi, dan pegiat literasi berkumpul, di antaranya Taufiq Ismail, Ahmadun Yosi Herfanda, Pipit Senja, Iman Soleh, Abdul Wachid B.S., Helvy Tiana Rosa, Firman Venayaksa, Gol A Gong, Wien Muldian, dan Opik. Hadir mendampingi Abdul Mu’ti di antaranya Wakil Ketua Komisi X DPR RI Himmatul Aliyah, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen Suharti, dan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Aminudin Aziz.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti menyampaikan sambutan.

Abdul Mu’ti, yang belum sebulan dilantik sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabinet Indonesia Maju, ingin mendengar masukan dari para undangan. Terkait bagaimana pendidikan sastra dan literasi diterapkan di sekolah. Ia mengaku sangat senang berhadapan langsung dengan sejumlah sastrawan yang buku-bukunya pernah ia baca.

Beberapa sastrawan membacakan puisi, di antaranya Taufiq Ismail, Iman Soleh, dan Helvy Tiana Rosa. Sejumlah akademisi dan pegiat literasi juga menyampaikan pertanyaan. Abdul Mu’ti, yang masih menjabat Sekretaris Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, hadir hingga jadwal acara selesai, yaitu pukul 22.00 WIB. Ia akan meneruskan lawatan ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Saya sendiri kembali ke Ayana setelah itu naik Go-Car.

***

Video pembelajaran yang diinisiasi oleh Puskurjar bertujuan menjadi referensi bagi guru dalam kegiatan pembelajaran bertema literasi, numerasi, dan sains—tiga jenis literasi yang diujikan dalam tes Programme for International Student Assessment (PISA) yang akan digelar pada awal 2025. Ditargetkan, dalam 2 bulan, video jadi. Cukup singkat.

Pada pertemuan ke-2 itu kami, tim konsultan literasi dan numerasi di Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, yaitu Sofie Dewayani (literasi), Dicky Susanto (numerasi), Nurina Ayuningtyas (numerasi), dan saya sendiri (literasi), ditugaskan sebagai Tim Ahli mengawal pembuatan draf Modul Ajar oleh guru terpilih. Sebelumnya, di pertemuan ke-1 di hotel sama pada 1—3 November 2024, dilakukan curah gagasan (brainstorming) dan memilih guru yang punya praktik baik.

Acara berjalan lancar. Pertemuan-pertemuan berikutnya berlangsung dengan agenda yang sangat padat: penulisan skenario, penyusunan storyboard, dan sinkronisasi dengan perencanaan teknis produksi. Semuanya diseling dengan kegiatan reviu, penjaringan masukan, dan revisi. Luring dan daring. Semua proses berujung pada reviu substansi oleh Tim Ahli.

Kami berempat menyeling kegiatan tersebut dengan kegiatan utama kami yaitu pendampingan terhadap kegiatan-kegiatan di Direktorat Guru Pendidikan Dasar Ditjen GTK. Tak semua pertemuan luring Puskurjar bisa dihadiri. Kami tetap mengawal melalui pertemuan daring. Komunikasi melalui grup Whatsapp sangat intens jadinya.

Selain mengawal SMP Islam Dian Didaktika, saya juga mengawal pembuatan video di SMP Negeri 231 Jakarta (tonton: Asyik Belajar dengan Buku Nonteks) dan SMK Negeri 1 Jambu (tonton: Stasiun Jelajah Makna), Kabupaten Semarang. Hanya syuting di SMP Islam Dian Didaktika yang bisa saya kawal. Syuting di dua sekolah berikutnya tak bisa saya ikuti karena bentrok dengan kegiatan di Ditjen GTK.

***

Video berjudul Lawan Hoaks dengan Literasi: Penguatan Literasi dalam Pembelajaran dikemas dengan sudut pandang guru. Restu, sang guru, merasa resah melihat percakapan murid-muridnya di grup Whatsapp. Banyak berita hoaks berseliweran. Ia tak ingin murid-muridnya jadi korban hoaks.

Ia lalu menyampaikan pembelajaran tentang cara mengidentifikasi informasi dalam teks berita. Keseluruhan proses yang dilakukan oleh Restu dikemas secara apik dalam bentuk rangkaian kegiatan yang melibatkan siswa sebagai berikut.

Menjaring Tema

Restu bertanya pada murid tentang berita yang sedang viral. Murid-murid menyampaikan hal yang mereka ketahui, mulai dari media sosial yang mereka ikuti hingga pembicaraan ibu-ibu arisan. Restu mencatat semua usulan siswa dan memilih satu tema melalui pemungutan suara terbanyak.

Restu mendaftar usulan tema dari siswa.

Menyamakan Pemahaman

Siswa diminta menuliskan pemahaman mereka tentang fakta dan opini serta cara membedakannya. Mereka menuliskan jawaban masing-masing di notes tempel dan menempelkannya di lembar kertas yang sudah tersedia di papan tulis.

Siswa menuliskan pendapatnya.

Menganalisis Berita

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok diminta mencari berita terkait topik yang dipilih bersama. Mereka dibolehkan menggunakan gawai untuk mencari berita di internet. Setelah dapat berita, mereka menganalisisnya dan menuliskan hasil diskusi ke dalam lembar kerja. Restu sudah menyiapkan dan membagikan lembar kerja kepad setiap kelompok.

Restu mengamati siswa berdiskusi. Ia mendatangi siswa yang kebingungan dan membantu mengatasi masalah dengan lontaran pertanyaan pemantik. Artinya, ia tak langsung memberi jawaban atas pertanyaan siswa melainkan meminta siswa untuk mendapatkan jawabannya sendiri.

Presentasi Hasil Diskusi Kelompok

Usai diskusi dan menuliskan hasilnya di lembar kerja, murid secara per kelompok diminta ke depan kelas untuk mempresentasikan temuannya. Sesi inilah yang membuat inti dari konten video pembelajaran ini.

Mengecek Sumber Berita

Dari mana sumber berita berasal? Apakah berasal dari sumber resmi dan terpercaya? Kita tidak bisa memercayai keabsahan suatu berita begitu saja tanpa mengetahui asal berita tersebut. Jika berita berasal dari sumber resmi dan terpercaya, setidaknya kita tahu bahwa berita itu telah melalui proses kurasi (baca: Agar Siswa Tidak Tertipu Hoaks, Ini yang Diajarkan di Singapura).

Bagaimana kalau sumbernya tidak jelas? Abaikan saja! Buat apa membaca berita yang tidak jelas sumbernya. Lebih baik membaca berita lain yang sumbernya valid. Jika sumbernya tidak jelas, misalnya dari lembaga atau organisasi tak kredibel atau narasumber per orangan yang bukan ahli di bidangnya, patut dicurigai bahwa kandungan informasinya tidak 100% benar. Atau berita tersebut dikemas dengan opini yang kebenarannya tak bisa dipastikan.

Analisis Berita

Setelah memastikan sebuah informasi berasal dari sumber resmi dan terpercaya, barulah kemudian berita tersebut dianalisis. Pertama, analisis judul. Apakah judulnya faktual atau sudah dibumbui emosi? Sering orang membuat judul berita dengan metode click bait, yaitu menggunakan diksi berlebihan dengan tujuan menarik perhatian namun biasanya tak sesuai dengan konten.

Ketiga, memilah opini dan fakta dalam kalimat. Siswa dapat menggunakan kata kunci untuk memverifikasi kebenaran informasi. Diperlukan sumber resmi dan terpercaya untuk memastikan kebenaran faktual sebuah informasi. Kadang kita juga perlu memanfaatkan kamus untuk memahami suatu diksi secara utuh. Sering penyebar hoaks menggunakan diksi yang samar dan melebar untuk membuat bingung pembacanya. Sebaliknya, informasi yang benar biasanya disusun dengan diksi yang jelas dan kalimat yang mudah dipahami.

Refleksi Pembelajaran

Pada sesi terakhir ini, siswa dipersilakan mengungkapkan hal yang belum dipahami dan kendala yang dialami selama pembelajaran. Mereka juga dibolehkan mengungkapkan inspirasi yang didapat dari pembelajaran yang telah dijalani.

***

Pengemasan video pembelajaran bertema literasi seperti di atas sangat efektif dan mudah dipahami baik oleh guru maupun siswa. Video berfokus pada proses pembelajaran melalui rangkaian kegiatan yang dilakukan bersama oleh guru dan siswa. Pembelajaran tetap berorientasi pada siswa melalui langkah-langkah guru dalam memainkan perannya sebagai fasilitator.

Selain ketiga video pembelajaran di atas, saya juga mendampingi pembuatan video yang dibuat melalui kegiatan PDM-10 sebagai Tim Ahli Literasi (tonton: Literasi dan Numerasi untuk Kehidupan yang Lebih Baik). Video tersebut tayang di kanal Youtube Direktorat Sekolah Dasar.*